LATIHAN
DAN PENGEMBANGAN
Para
karyawan baru biasanya telah mempunyai kecakapan dan keterampilan dasar yang
dibutuhkan. Mereka adalah produk dari suatu sistem pendidikan dan mempunyai
pengalaman yang diperoleh dari organisasi lain. Tidak jarang pula para karyawan
baru yang diterima tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk melaksanakan
tugas – tugas pekerjaan mereka. Bahkan para karyawan yang sudah berpengalaman
pun perlu belajar dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Mereka juga mungkin
memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut untuk mengerjakan tugas –
tugas secara sukses. Meskipun program orientasi serta latihan dan pengembangan
memakan waktu dan dana, hampir semua organisasi melaksanakannya, dan menyebut
biaya – biaya untuk berbagai program tersebut sebagai investasi dalam sumber
daya manusia.
Ada
dua tujuan utama program latihan dan pengembangan karyawan. Pertama, latihan
dan pengembangan dilakukan untuk menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan
karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program – proram tersebut diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai
sasaran – sasaran kerja yang telah ditetapkan. Sekali lagi, meskipun usaha –
usaha ini memakan waktu dan mahal, tetapi akan mengurangi perputaran tenaga
kerja dan membuat karyawan menjadi lebih produktif. Lebih lanjut, latihan dan
pengembangan membantu mereka dalam menghindarkan diri dari keusangan dan
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik.
Pengertian
latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan
untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu, terinci dan rutin. Latihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan
pekerjaan – pekerjaan sekarang. Di lain pihak, bila manajemen ingin menyiapkan
para karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan
datang, kegiatan ini disebut pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan (development)
mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dan sifat – sifat kepribadian.
Kegiatan – kegiatan latihan dan pengembangan biasanya merupakan tanggung jawab
departemen personalia dan penyelia langsung.
Bab
ini membahas bagaimana program orientasi mengintegrasikan para karyawan baru ke
dalam organisasi dan membuat mereka lebih produktif melalui latihan. Kemudian
akan diuraikan berbagai tipe latihan dan pengembangan.
PROGRAM
ORIENTASI
Program
– program orientasi, atau sering disebut induksi, memperkenalkan para karyawan
baru dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan para
karyawan lain. Beberapa hal yang biasanya tercakup dalam program orientasi
dapat dilihat dalam gambar 6.1 berikut.
Gambar
6.1
Beberapa
Hal Yang Tercakup Dalam Proram Orientasi
Dalam
organisasi yang menerima karyawan baru dengan jumlah besar, program orientasi
biasanya memakan waktu setengah atau bahkan satu hari kerja untuk menguraikan
hal – hal atau topik – topik dalam gambar 6.1 di atas. Bagi perusahaan yang
menerima karyawan dalm jumlah kecil dan jaran, mungkin tidak perlu
menyelanggarakan program orientasi formal. Perusahaan bisa memperkenalkan
kepada karyawan senior, yang selanjutnya mengajak karyawan baru berkeliling
lokasi pekerjaan. Program orientasi informal ini, sering disebut “buddy
system”, juga digunakan dalam perusahaan – perusahaan besar untuk membantu
karyawan baru lebih lanjut.
Penanggung
jawab kegiatan orientasi adalah departemen personalia dan atasan (penyelia)
langsung. Departemen personalia pada umumnya memberikan orientasi kepada para
karyawan baru tentang berbagai masalah organisasional dan kompensasi. Sedangkan
para penyelia mengangani kegiatan pengenalan dan latihan “on-the-job”
serta membantu karyawan “fit in” terhadap kelompok kerja.
Program
– program orientasi akan menurunkan perasaan terasing, cemas dan khawatir para
karyawan. Mereka dapat merasa sebagai bagian organisasi secara lebih cepat,
mereka merasa lebih terjamin atau aman dan lebih diperhatikan. Dengan tingkat
kecemasan yang rendah, mereka akan dapat mempelajari tugas – tugas dengan lebih
baik. Manfaat – manfaat ini diperoleh karena program orientasi membantu
individu memahami aspek – aspek sosial, teknis dan budaya tempat kerja. Proses
melalui orang – orang beradaptasi dalam suatu organisasi tersebut jugga disebut
proses sosialisasi. Sosialisasi merupakan langkah kritis dalam kaitannya dengan
penerimaan oleh karyawan – karyawan lain yang sudah lebih lama bekerja untuk
organisasi. Program orientasi mempercepat proses sosialisasi dan penerimaan
karyawan baru dalam kelompok kerja.
Akhirnya,
program – program orientasi yang berhasil biasanya mencakup prosedur tindak
lanjut (follow up) yang “built-in”. Tindak lanjut diperlukan
karena para karyawan baru sering menjumpai masalah – masalah yang tidak
dijelaskan dalam program orientasi. Tanpa tindak lanjut, pertanyaan –
pertanyaan mereka banyak yang tidak terjawab. Tindak lanjut juga berguna
sebagai umpan balik untuk memperbaiki program orientasi.
LATIHAN
DAN PENGEMBANGAN KARYAWAN
Meskipun
para karyawan baru telah menjalani orientasi yang komprehensif, mereka jarang
melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan. Mereka harus dilatih dan dikembangkan
dalam bidang tugas – tugas tertentu. Begitu pula, para karyawan lama yang telah
berpengalaman mungkin memerlukan latihan untuk mengurangi atau menghilangkan
kebiasaan – kebiasaan kerja yang jelek atau untuk mempelajari ketrampilan –
ketrampilan baru yang akan meningkatkan prestasi kerja mereka.
Latihan
dan pengembangan mempunyai berbagai manfaat karier jangka panjang yang membantu
karyawan untuk tanggung jawab lebih besar di waktu yang akan datang. Program –
program latihan tidak hanya pentin bagi individu, tetapi juga organisasi dan
hubungan manusiawi dalam kelompok kerja, dan bahkan bagi negara. Barangkali
cara paling mudah untuk meringkas manfaat – manfaat latihan adalah dengan
menyadarinya sebagai investasi organisasi dalam sumber daya manusia. Di samping
pengeluaran untuk biaya latihan dan pengembangan organisasi harus membayar
“harga” karena pemborosan, absensi, pekrjaan yan buruk, keluhan berkepanjangan
dan perputaran tenaga kerja.
Bagaimanapun
juga, orang seharusnya tidak berhenti belajar setelah menamatkan sekolahnya
(pendidikan formal), karena belajar adalah sautu proses seumur hidup (life
long process). Oleh karena itu, program latihan dan pengembangan karyawan
bisnis bersifat kontinyu dan dinamis.
Sebagai
bagian proses latihan dan pengembangan, departemen personalia dan para manajer
harus menilai kebutuhan, tujuan – tujuan atau sasaran – sasaran program, isi
dan prinsip – prinsip belajar. Gambar 6.2 menguraikan langkah – langkah yang
seharusnya diikuti sebelum kegiata latihan dan pengembangan dimulai. Seperti
ditunjukkan dalam gambar, orang yangg bertanggun jawab atas program latihan dan
pengembangan (biasanya instruktor atau “pelatih”) harus mengidentifikasikan
kebutuhan – kebutuhan karyawan dan organisasi agar dapat menentukan sasaran –
sasaran yang akan dicapai. Setelah sasaran – sasaran ditetapkan, isi dan
prinsip – prinsip belajar diperhatikan. Meskipun proses belajar ditanani oleh
para instruktor dalan departemen personalia atau para penyelia lini pertama,
langkah – langkah pendahuluan ini harus dilakukan untuk mengembangkan suatu
program yang efektif.
Penilaian
Dan Identifikasi Kebutuhan
Untuk
memutuskan pendekatan yang akan digunakan, organisasi perlu mengidentifikasikan
kebutuhan – kebutuhan latihan dan pengembangan. Penilaian kebutuhan mendiagnosa
masalah – masalah dan tantangan – tantangan lingkungan yang dihadapi organisasi
sekarang. Kemudian, manajemen mengidentifikasikan berbagai masalah dan
tantangan yang dapat diatasi melalui latihan atau pengembangan jangka panjang.
Kadang
– kadang perubahan strategi organisasi dapat menciptakan kebutuhan akan
latihan. Sebagai contoh, strategi pengembangan produk atau jasa baru biasanya
mengharuskan para karyawan untuk mempelajari prosedur – prosedur baru.
Personalia penjualan dan karyawan produksi harus dilatih untuk meproduksi,
menjuak dan terus mengembangkan lini produk baru ini. Latihan dapat juga
digunakan apabila tingkat kecelakaan atau pemborosan tinggi, semangat kerja dan
motivasi rendah, atau masalah – masalah operasional lainnya didiagnosa.
Sasaran
– sasaran Latihan Dan Pengembangan
Setelah
evaluasi kebutuhan – kebutuhan latihan dilakukan, maka sasaran – sasaran
dinyatakan dan ditetapkan. Sasaran – sasaran ini mencerminkan perilaku dan
kondisi yang diinginkan, dan berfungsi sebagai standar – standar dengan mana
prestasi kerja individu dan efektivitas proram dapat diukur.
Isi
Program
Isi
program ditentukan oleh identifikasi kebutuhan – kebutuhan dan sasaran –
sasaran latihan. Program mungkin berupaya untuk mengajarkan berbagai
ketrampilan tertentu, menyampaikan pengetahuan yang dibutuhkan atau mengubah
sikap. Apa pun isinya, program hendaknya memenuhi kebutuhan – kebutuhaan
organisasi dan peserta. Bila tujuan – tujuan organisasi diabaikan, upaya
latihan dan pengembangan akan sia – sia. Para peserta juga perlu meninjau isi
program, apakah relevan dengan kebutuhan, atau motivasi mereka untuk mengikuti
proggram tersebut rendah atau tinggi. Agar isi proggram efektif, prinsip –
prinsip belajar harus diperhatikan.
Prinsip
– prinsip Belajar
Meskipun
studi tentang proses belajar telah banyak dilakukan, tetapi masih sedikit yang
dapat diketahui tentang proses tersebut. Masalah pokoknya adalah bahwa proses
belajar tidak dapat diamati, hanya hasilnya yang dapat diukur. Bagaimanapun
juga, ada beberapa prinsip belajar (learning principles) yang bisa
digunakan sebagai pedoman tentang cara – cara belajar yang paling efektif bagi
para karyawan. Prinsip – prinsip ini adalah bahwa program bersifat
partisipatif, relavan, pengulangan (repetisi) dan pemindahan, serta memberikan
umpan balik mengenai kemajuan para peserta latihan. Semakin terpenuhi prinsip –
prinsip tersebut latihan akan semakin efektif. Di samping itu, perancangan
program juga perlu menyadari perbedaan individual, karena pada hakekatknya para
karyawan mempunyai kemampuan, sifat dan sebagainya yang berbeda satu dengan
lainnya.
TEKNIK
– TEKNIK LATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Program
– program latihan dan pengembangan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja,
mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua
kategori pokok program latihan dan pengembangan manajemen.
1. Metode
praktis (on the job training)
2. Teknik
– teknik presentasi informasi dan metode – metode simulasi (off the job
training)
Masing
– masing kategori mempunyai sasaran pengajaran sikap, konsep atau pengetahuan
dan/atau ketrampilan utama yang berbeda. Secara skematik, teknik – teknik
latihan dan pengembangan ditunjukkan dalam gambar 6.3.
Dalam
pemilihan teknik tertentu untuk digunakan pada program latihan dan
pengembangan, ada beberapa “trade offs”. Ini berarti tidak ada satu
teknik yang selalu paling baik; metode terbaik tergantung pada sejauh mana
suatu teknik memenuhi faktor – faktor berikut.
1. Efektivitas
biaya
2. Isi
program yang dikehendaki
3. Kelayakan
fasilitas – fasilitas
4. Preferensi
dan kemampuan peserta
5. Preferensi
dan kemampuan instruktor atau pelatih
6. Prinsip
– prinsip belajar
Tingkat
pentingnya keenam “trade off” tersebut tergantung pada situasi. Sebagai contoh.
Efektivitas biaya mungkin merupakan faktor minor (bukan utama) dalam pelatihan
manuver darurat pilot pesawat terbang. Bagaimanapun jugga, manajer perlu
mengenal semua teknik latihan dan pengembangan yang tersedia, agar dapat
memilih teknik yang paling tepat untuk kebutuhan, sasaran, dan kondisi
tertentu.
Teknik
– teknik Latihan dan Pengembangan
On
The Job Training
Teknik
– teknik “on the job” merupakan metode latihan yang paling banyak
digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung
seorang “pelatih” yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai macam
teknik ini yang biasa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut.
1. Rotasi
Jabatan
Memberikan
kepada karyawan pengetahuan tentang bagian – bagian organisasi yang berbeda dan
praktek berbagai maca, ketrampilan manajerial.
2. Latihan
Instruksi Jabatan
Petunjuk
– petunjuk pengerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan digunakan
terutama untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka
sekarang.
3. Magang
(Apprenticeships)
Merupakan
proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih berpengalaman.
Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan latihan “off the job”. Hampir
semua karyawan pengrajin (craft), seperti tukang kayu dan ahli pipa atau
tukan ledeng, dilatih dengan program – program magang formal.
Asistensi dan internship adalah bentuk lain program magang.
4. Coaching
Penyelia
atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada karyawan dalam
pelaksanaan kerja rutin mereka. Hubungan penyelia dan karyawan sebagai bawahan
serupa dengan hubungan tutor – mahasiswa.
5. Penugasan
Sementara
Penempatan
karyawan pada posisi manajeral atau sebagai anggota panitita tertentu untuk
jangka waktu yang ditetapkan. Karyawan terlibat dalampengambilan keputausan dan
pemecahan masalah-masalah organisasional nyata.
Metode
– metode Simulasi
Dengan
pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima representasi tiruan
(artificial) suatu aspek organisasi dan diimnta untuk menanggapinya seperti
dalam keadaan sebenarnya. Di metode-metode simulasi yang paling umum digunakan
adalah sebagai berikut :
1. Metode
Studi Kasus
Deskripsi
tertulis suatu situasi pengambilan keputusan nyata disediakan. Aspek-aspek
organisasi terpilih diuraikan pada lembar kasus. Karyawan yang terlibat dalam
tipe atihan ini diminta untuk mengidentifikasikan masalah-masalah, menganalisa
situasi dan merumuskan penyelesaian-penyelesaian alernatif. Dengan metode
kasus, karyawan dapat mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan.
2. Role
Playing
Teknik
ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para karyawan (peserta latihan)
untuk memainkan berbagai peran yang berbeda. Peserta ditugaskan untuk
memerankan berbagai individu tertentu yang digambarkan dalam suatu episode dan
diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya. Dalam hal ini
tidak ada naskah yang mengatur pembicaraan dan perilaku. Efektivitas metode ini
sangat bergantung pada kemampuan peserta untuk memainkan peranan (sedapat
mungkin sesuai dengan realita) yang ditugaskankepadanya. Teknik role playing
dapat mengubah sikap peserta, sperti misal menjadi lebih toleransi terhadap
perbedaan individual, dan mengembangkan keterampilan-keterampilaan antar
pribadi (interpersonal skills).
3. Business
Games
Business
(management) game adalah suatu simulasi pengambilan keputusan skala kecil yang
dibuat sesuai dengan situasi kehidupanbisnis nyata. Permainan bisnis yang
kompleks biasanya dilakukan dengan bantuan komputer untuk mengerjakan
perhitungan-perhitungan yang diperlukan. Para peserta memainkan ‘game’ dengan
memutuskan harga produk yang akan dipasarkan, berapa besar anggaran
pengiklanan, siapa yang akan ditarik, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk
melatih para karyawan (atau manajeer) dalam pengambilan keputusan dan cara
mengelola operasi-operasi peruasahaan)
4. Vestibule
Training
Agar
program latihan tidak mengganggu operasi-operasi norma, organisasi menggunakan
vestibule training. Bentuk latihan ini dilaksanakan bukan oleh atasan
9penyelia), tetapi oleh pelatih-pelatih khusus.
5. Latihan
Laboratorium (Laboratory Training)
Teknik
ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untu
mengembangkan keterampilan-keterampilan antar pribadi. Salah saatu bentuk
latihan laboratorium yang terkenal adalah latihan sensitivitas, di mana peserta
belajar menjai lebih sensitip (peka) terhadap perasaan orang lain dan
lingkungan.
6. Program-program
Pengembangan Eksekutif
Program-program
ini biasanya diselenggarakan di Universitas atau lembaga-lembaga pendidikan
lainnya. Organisasi bisa mengirimkan para karyawannya untuk mengikuti
paket-paket khusus yang ditawarkan, atau bekerjasama dengan suatu lembaga
pendidikan untuk menyelenggarakan secara khusus suatu bentuk penataran,
pendidikaan atau latihan sesuai kebutuhan organisasi.
Teknik-teknik
Presentasi Informasi
Tujuan
utama teknik-teknik persentasi informasi adalah untuk mengajarkan berrbagai
sikap, konsep atau keterampilan kepada para pesertaa. Metode-metode yang bisa
digunakan :
1. Kuliah
Merupakan
suatu metode tradisional dengan kemampuan penyampaian informasi, banyak peserta
dan biaya relatip murah. Kelemahannya adalah tidak atau kurang adanya
partsipasi dan umpan balik. Hal ini dapat diatasi bila diskusi atau pembahasan
kelas diadakan selama proses kuliah. Teknik kuliah cenderung lebih tergantung
pada komunikasi, bukan modeling.
2. Presentasi
Video
Presentasi
TV, films, slides dan sejenisnya adalah serua dengan bentuk kuliah. Metode ini
biasanya digunakan sebagai bahan atau alat pelengkap bentuk-bentuk latihan
lainnya.
3. Metode
Konperensi
Metode
ini analog dengan bentuk kelas seminar di perguruan tinggi, sebagai pengganti
metode kuliah. Tujuannya adalah untuk mengembangkaan kecakapan dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dan untuk mengubah sikap karyawan.
4. Programmed
Instruction
Metode
ini menggunakan mesin pengajar atau komputer untuk memperkenalkan kepeda
peserta topik yang harus dipelajari, dan merinci serangkaian langkah dengan
umpan balik langsung pada penyelesaian setiap langkah. Masing-masing peserta
bisa menetapkan kecepatan belajarnya sendiri.
5. Studi
Sendiri (Self-Study)
Teknik
ini biasanya menggunakan manual-manual atau modul-modul tertulis dan
kaset-kaset atau videotape rekaman. Studi sendiri berguna bila para karyawan
tersebar secara geografis atau bila proses belajar hanya memerlukan sedikit
interaksi.
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
Pengembangan
seumber daya manusia dalam jangka panjang berbeda dengan latihan -
adalah aspek yang sangat penting dalam organsisasi . Melalui pengembangan para
karyawan yang ada sekarang, departeen personalia mengurangi ketergantungan
perusahaan pada penarikan karyawan-karyawan baru. Bila para karyawan
dikembangkan se cara tepat,lowongan pekerjaan lebih mungkin dipenuhi terlebih
dahulu secara iternal. Promosi dan transfer juga menunjukkan kepada karyawan
bahwa mereka mempunyai kesempatan karier. Manfat pengembangan juga akan
dirasakan perusahaan melalui peningkatan kontinyuitas operasi-operasi dan
semaki besarnya rasa ketertarikan karyawan terhadap perusahaan.
Pengembangan
sumerdaya manusia juga merupakan suatu cara efektip untuk menghadapi berbagai
tantangan yang dihadapi oleh banyak organisasai besar. Tatanga-tantangan ini
mencangkup keusangan karyawan, perubahan-perubahan sosioteknis dan
perputaran tenaga kerja. Kemampuan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut
merupakan faktor penentu keberhasilan departeemn personalia adalam
mempertahankan sumberdaya manusia efektip.
Keusangan
Karyawan
Keusangan
terjadi bila seseorang karyawan tidak lagi mempunyai pengetahuan dan kemampuan
untuk melaksanakan pekerjaan dengan efektip.
Ada
banyak tanda terjadinya keusanagan, antar lain sikap yang kurang tepat,
prestasi yang menurun, atau prosedur-prosedur kerja yang ketinggalan jaman.
Banyak perusahaan menghindari untuk mengambil tndakan keras dan memberhentikan
karyawan yang usang, terutama kepada mereka yang telah bekerja di perusahaan
cukup lama. Tindakan yang bisa diambil adalah memindahkan atau mem”promosi “
kan karyawan yag usang ke
pekerjaan lain. Penyelesaian yang lebih baik adalah dengan menyelenggarakan
program-program pengembangan tambahan.
Di
samping itu, departemen personalia dapat menggunakan program-program
pengembangan secara proaktif. Program-program ini dimaksudakan untuk
menghindari masalah keusangan sebelum hal itu terjadi, melalui penilaian kebutuhan-kebutuhan dan
penyelenggaraan program-program pengembangan berbagai keterampilan baru secara
periodik. Bila program-program dirancang secara reaktif, setelah keusangan
terjadi, upaya untuk mengatasi hal ini cenderung kurang efektip dan lebih
mahal.
Perubahan-perubahan
sosioteknis
Perubahan-perubahan
sosisl dan teknologi juga menjadi tantangan bagi departemen personalia dalam
mempertahankan sumberdaya manusia yang efektip. Sebagai contoh, penggunaan
mesin-mesin otomatis akan memaksa perusaan untuk merancang kembali
program-program pengembangannya.
Perputaran
tenaga kerja
Perputaran
(turnover) keryawan keluar dari perusahaan untuk bekerja di perusahaan lain,
merupakan tantangan khusus bagi pengembangan sumberrdaya manusia. Karena
kejadian-kejadian tersebut tidak dapat diperkirakan, kegiatan-kegiatan
pengembangan harus memperispkan setiap saat pengganti karyawan yang keluar.
Di lain pihak, dalam
banyak kasus nyata, program pengembangan perusahaan yang sangat baik
justru meningkatkan perputaran karyawan.
EVALUASI PROGRAM LATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Implementasi
program latihan dan pengembangan berfungsi sebagai proses transformasi. Para
karyawan yang tidak terlatih diubah menjadi keryawan-karyawan yang
berkemampuan, sehingga dapat diberikan tanggung-jawab lebih besar. Untuk
menilai keberhasilan program-program tersebut, manajemen harus mengevaluasi
kegiatan-kegiatan latihan dan pengembangan secara sistematis.
Sumber
:
Hani,
Handoko. 2014. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE.
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar